Friday, August 31, 2007

merdekakan aku

aku jatuh
jauh dari kekosongan
dari cahaya yang kau sekatkan
tanpa ehsan

dalam diri, aku bermain
sambil seluruh rohaniku
disedut dari rongga

merdekakan aku!

mac 1999

Sunday, August 26, 2007

lesu! buntu!

Semalam, sepetang aku meneman Ed di rumah anak-anak yatim perempuan di kampung. Ed cuma datang melawat rumah yang pernah didiaminya seawal kematian arwah abahnya.

"Aku setuju kerana mak menjanjikan aku sebuah basikal."

Senyumnya pahit. Kami lesu melayan fikiran masing-masing, sambil berkongsi ruang padang makan aiskrim Mat Kool bersama lebih kurang 30 anak-anak yang menghuni rumah itu. Pantas aku teringat kali pertama Ed bersalam dengan ayah (ayahku seorang tentera lantas jarang berada di rumah).

"Pakcik, saya anak yatim... boleh ikut At panggil pakcik ayah?"

Hatiku rusuh. Seumur hidupnya menagih perlindungan dan cinta, hatinya bertaut dari satu lelaki ke satu lelaki. Tapi kesemua cinta itu menemu jalan buntu, dan walau setelah 15 tahun, masih nama Eric terbit dari bibirnya, masih demi Eric manik airmata berjuraian di pipinya... masih Eric!

"Art, di tebing batu itu aku dan Eric bercerita... tentang Chow Sin Chi, tentang death metal, tentang demonic chant ia iak sakkakh iak sakkakth ia shaxul ia kingu ia cthulu ia azbul ia azabua, tentang Dean Koontz, juga tentang soal hati, betapa aku akan mati tanpanya..."

"Art, di bangku kayu itu Eric tidur... saban malam berselimutkan angin, berbumbungkan langit, berkawankan unggas, juga menghitung saat untuk kembali berjumpa aku pada esoknya, betapa kami masih rindu walau setelah seharian bersama..."

"Art, di kaki lima itu aku dan Eric berjalan... berpanas, berhujan, berpeluh, berlapar, bergurau, berdebat, berjenaka, betapa kami tidak peduli mencari perhentian untuk melepaskan lelah..."

"Art, aku cintakan Eric!"
"Art, aku rindu padanya!"


Ed, dengari jeritan nuraniku bahawa aku mencintai kamu!

Saturday, August 25, 2007

pesan arwah abah

Rumah Ed yang dulunya berlamankan rumput kini berlamankan konkrit. Ingatanku menyelongkar satu persatu sejarah kanak-kanak kami. Dalam usia kami 8, 9 tahun, arwah abahnya selalu pesan,

"Kalau nampak atuk, tok kiah, ah sow rumah sebelah atau aci rumah belakang balik dari pasar, pegi kejar!"

Dan kami akan berebut-rebut angkat bakul pasar. Kalau berat, kami kongsi seorang sebelah tangkai bakul. Kami akan ikut orang-orang tua itu sampai ke rumah mereka, kemudian saling membanding upah yang didapat. Bila besar sikit dalam 10 tahun, arwah abahnya berpesan lagi,

"Kalau nampak apek atau nyonya lintas jalan, tolong pimpin diorang!"

Dan kami yang sedang menghirup taufufa di tepi longkang depan pasar akan saling menyiku, kau dulu, kau dulu. Andai giliran aku yang pergi, Ed pasti akan menghabiskan taufufa aku tak berbaki.

"Kalau jumpa orang tua, salam mesti cium tangan! Jangan dikira Melayu atau Cina atau India!"

Dan kami akan terpisat-pisat bangun, bersalam, dan kembali terhinggut-hinggut menahan mengantuk di ambin kayu tokong belakang rumah, sambil menunggu arwah abahnya siap melukis mural sami Buddha.

Bertahun-tahun lamanya aku tak menjejakkan kaki ke kampung ini. Rindunya pada Eric memaksa aku kembali. Katanya dia perlukan teman untuk dia meluahkan perasaan. Perasaan pada Eric tentunya, bukan pada aku. Namun aku bahagia menjadi penafsir kisah hidupnya.

Ed, hadirkanlah cintamu di laman hatiku ini, akan kubawa kau telusuri raudah cintaku yang tak bertepi.

Friday, August 24, 2007

hipokrit

Semalam aku menurut Ed pulang ke kampung. Belum sempat aku melabuhkan punggung pipihku, Ed sudah mencubit-cubit minta didengari. Mulutnya pantas mengadu tentang pertemuannya dengan seorang teman baru, juga sedia aku kenali. Wanita yang pada pandangan aku amat manis, manja dan sedikit keanak-anakan. Bukankah sisi maskulin kau menyukai seorang sepertinya Ed?

Manis itu aku suka. Manja itu aku suka. Keanak-anakan itu juga aku suka. Tapi menghakimi orang lain itu aku benci, hipokrit namanya!

Hipokrit? Bagaimana hipokrit sedang kita juga sangat suka bercerita perihal kain dalam orang lain? Sama-sama mengintai lemah dan cela manusia lain dan membesar-besarkan diri sendiri? Bertelah-telahan apa anu si polan itu berbau atau apa kemut si polan itu kuat?

Hipokrit namanya bila kita menghakimi orang lain pada tabiatnya, gaya sembangnya tanpa usul selidik susur galur keluarganya! Hipokrit namanya kalau kita memilih rafik, yang ini untuk aku dan yang ini untuk kamu!

Aku garu kepala. Persetanlah semua Ed! Seperti dia, kau dan aku juga manusia biasa yang sememangnya suka pada puji-pujian dan mengagungkan diri sendiri.

Wednesday, August 22, 2007

suri eric

Nah, Ed... bukankah telah acap kali aku aku katakan, telah terpakai cinta Eric untukmu? Surinya adalah pemilik mutlak cintanya. Sampai bila kau harus mengakali perasaanmu? Duka kecewa sedang meratah hatimu mentah-mentah.

Aku disepuh perasaan kesal dengan Eric. Sepurnama lepas di kala surimu menggila dengan berita cintamu pada Ed, kau mohon wanita ini hadir ke hadapan surimu untuk memperkenalkan diri, lantas memberi sedikit pengertian di hatinya. Sepekan lalu di kala surimu dirundum duka, wanita itu juga menawarkan diri membujuk hati surimu sedang kau tahu dia benar mendustai hatinya sendiri.

Ed, cinta kau yang menggebu-gebu dan penuh ghairah pada Eric, tak berpenghujung. Sungguhlah kau pelacur cinta Ed, melacurkan maruahmu, mencemar akalmu demi satu cinta terpakai!

Tuesday, August 21, 2007

kalau aku

kalau aku mencari kekasih
akan kucari yang bermatian mencintai aku
dan buta matanya pada kecacatanku

februari 2000

Monday, August 20, 2007

kalau kau

kalau kau mencari kekasih
carilah seorang perindu
bukan satria yang kau rindu

februari 2000

Sunday, August 19, 2007

tembakau, mengkudu dan pandan

Pinggangku pijar diketil Ed pada kala aku sedang bersenang-lenang membekalkan nikotin ke pembuluh darahku. Ed menjegil tanda protes. Protes itu aku suka, tapi apa yang keluar dari mulutnya selari dengan jegil mata itu yang membuatkan aku terkesima.

"Nanti air mani rasa mengkudu, kalau tak hisap rokok rasa pandan!"

Mulutku terkunci untuk membetah tapi jariku langsung mematikan api rokok yang baru suku batang bernyala. Wanita ini penuh dengan metafora dan drama. Ed tak pernah ada masalah dengan rokok, penghisap rokok, atau penagih rokok sekali pun. Aku cuma tertanya, adakah ini ilmu baru yang ditimbanya? Seingat aku, sebatang rokok terakhirnya dihabiskan dalam satu kembaranya ke selatan. Sebatang nan terakhir itu adalah 7 tahun yang lepas. Tapi hari ini, jarinya lincah menyalakan sebatang yang baru. Tak sempat aku membantah.

"Mengkudu atau pandan, tak ada kena mengena dengan biologi aku!".

Bukan aku bacul untuk menghalangnya dari menghisap rokok. Anehnya, aku suka dengan perubahan itu. Aku tahu, bunyinya menjatuhkan aku jauh lebih rendah dari martabat seorang lelaki dayus nan bacul. Tapi aku terasa jiwaku lapang, nafasku panjang...

Demi Tuhan, aku amat rindu Ed yang sedang kutatap sekarang. Sepasang selipar plastik, kaki jeans yang dilipat separa betis, t-shirt putih pagoda yang nipis tak berbutang, cermin mata yang senget kangkangnya, dan akhir sekali topi memancing apek-tua-dekat-belakang-rumah-aku, yang bukan sekali dua aku curi untuk dicuci.

Hari ini Ed jauh dari warna merah jambu, jauh dari barang kemas, jauh dari kanta lekap, jauh dari pura-pura. Hari ini Ed adalah dirinya yang asli. Aku tak rasa dia tertekan atau bermasalah. Duka masih bertapa di bawah redup matanya, kecewa masih berlingkar di dalam berat hela nafasnya. Tolonglah Eric, kembalikan Ed kita...

Sunday, August 12, 2007

patience

Shed a tear 'cause I'm missing you
I'm still alright to smile
Girl, I think about you every day now
Was a time when I wasn't sure
But you set my mind at ease
There is no doubt you're in my heart now
Said woman take it slow
It'll work itself out fine
All we need is just a little patience
Said sugar make it slow
And we'll come together fine
All we need is just a little patience
Patience...
Sit here on the stairs
'Cause I'd rather be alone
If I can't have you right now, I'll wait dear
Sometimes, I get so tense
But I can't speed up the time
But you know, love, there's one more thing to consider
Said woman take it slow
Things will be just fine
You and I'll just use a little patience
Said sugar take the time
'Cause the lights are shining bright
You and I've got what it takes to make it
We won't fake it,
Oh never break it
'Cause I can't take it... little patience
Need a little patience
Just a little patience
Some more patience
I've been walking these streets at night
Just trying to get it right
It's hard to see with so many around
You know I don't like being stuck in a crowd
And the streets don't change but maybe the name
I ain't got time for the game
Yeah, yeah well I need you
Oh, I need you
Take some patience
Whoa, I need you
Just a little patience is all we need
Ooh, this time....

Saturday, August 11, 2007

merah batu ruby

Lama aku membelek cincin Ed. Memang cacat bila sisi batu ruby itu terpecah. Aku memang maklum hal Ed melurutkan semua barang kemasnya pada pertemuan pertama dengan Eric. Aku juga sedia maklum ruby itu pecah kala dia bersama Eric juga. Yang aku kurang maklum, bagaimana ruby itu boleh pecah sewaktu dalam simpanan?

Apa pun, simbolik ruby itu memang tepat dengan kehidupan Ed tanpa Eric. She survived the loneliness with fiery heart, passion, blood, and power. Cuma yang tiada adalah cinta dan romance dalam merah batu ruby cincinnya...