Sunday, August 19, 2007

tembakau, mengkudu dan pandan

Pinggangku pijar diketil Ed pada kala aku sedang bersenang-lenang membekalkan nikotin ke pembuluh darahku. Ed menjegil tanda protes. Protes itu aku suka, tapi apa yang keluar dari mulutnya selari dengan jegil mata itu yang membuatkan aku terkesima.

"Nanti air mani rasa mengkudu, kalau tak hisap rokok rasa pandan!"

Mulutku terkunci untuk membetah tapi jariku langsung mematikan api rokok yang baru suku batang bernyala. Wanita ini penuh dengan metafora dan drama. Ed tak pernah ada masalah dengan rokok, penghisap rokok, atau penagih rokok sekali pun. Aku cuma tertanya, adakah ini ilmu baru yang ditimbanya? Seingat aku, sebatang rokok terakhirnya dihabiskan dalam satu kembaranya ke selatan. Sebatang nan terakhir itu adalah 7 tahun yang lepas. Tapi hari ini, jarinya lincah menyalakan sebatang yang baru. Tak sempat aku membantah.

"Mengkudu atau pandan, tak ada kena mengena dengan biologi aku!".

Bukan aku bacul untuk menghalangnya dari menghisap rokok. Anehnya, aku suka dengan perubahan itu. Aku tahu, bunyinya menjatuhkan aku jauh lebih rendah dari martabat seorang lelaki dayus nan bacul. Tapi aku terasa jiwaku lapang, nafasku panjang...

Demi Tuhan, aku amat rindu Ed yang sedang kutatap sekarang. Sepasang selipar plastik, kaki jeans yang dilipat separa betis, t-shirt putih pagoda yang nipis tak berbutang, cermin mata yang senget kangkangnya, dan akhir sekali topi memancing apek-tua-dekat-belakang-rumah-aku, yang bukan sekali dua aku curi untuk dicuci.

Hari ini Ed jauh dari warna merah jambu, jauh dari barang kemas, jauh dari kanta lekap, jauh dari pura-pura. Hari ini Ed adalah dirinya yang asli. Aku tak rasa dia tertekan atau bermasalah. Duka masih bertapa di bawah redup matanya, kecewa masih berlingkar di dalam berat hela nafasnya. Tolonglah Eric, kembalikan Ed kita...

1 comment:

~aku~ said...

dulu : jeans, tshirt, kemeja, topi, selipar atau sneakers.

skrg : jeans, tshirt, blouse, tudung, shoes