Saturday, August 25, 2007

pesan arwah abah

Rumah Ed yang dulunya berlamankan rumput kini berlamankan konkrit. Ingatanku menyelongkar satu persatu sejarah kanak-kanak kami. Dalam usia kami 8, 9 tahun, arwah abahnya selalu pesan,

"Kalau nampak atuk, tok kiah, ah sow rumah sebelah atau aci rumah belakang balik dari pasar, pegi kejar!"

Dan kami akan berebut-rebut angkat bakul pasar. Kalau berat, kami kongsi seorang sebelah tangkai bakul. Kami akan ikut orang-orang tua itu sampai ke rumah mereka, kemudian saling membanding upah yang didapat. Bila besar sikit dalam 10 tahun, arwah abahnya berpesan lagi,

"Kalau nampak apek atau nyonya lintas jalan, tolong pimpin diorang!"

Dan kami yang sedang menghirup taufufa di tepi longkang depan pasar akan saling menyiku, kau dulu, kau dulu. Andai giliran aku yang pergi, Ed pasti akan menghabiskan taufufa aku tak berbaki.

"Kalau jumpa orang tua, salam mesti cium tangan! Jangan dikira Melayu atau Cina atau India!"

Dan kami akan terpisat-pisat bangun, bersalam, dan kembali terhinggut-hinggut menahan mengantuk di ambin kayu tokong belakang rumah, sambil menunggu arwah abahnya siap melukis mural sami Buddha.

Bertahun-tahun lamanya aku tak menjejakkan kaki ke kampung ini. Rindunya pada Eric memaksa aku kembali. Katanya dia perlukan teman untuk dia meluahkan perasaan. Perasaan pada Eric tentunya, bukan pada aku. Namun aku bahagia menjadi penafsir kisah hidupnya.

Ed, hadirkanlah cintamu di laman hatiku ini, akan kubawa kau telusuri raudah cintaku yang tak bertepi.

No comments: